Berbudi Luhur, Berilmu dengan Hati

Peduli Generasi Sehat, FKIP Untad dan Dinas Pangan Sulteng Tingkatkan Literasi Pangan Anak di Daerah Adat

Dalam rangka menanamkan kebiasaan hidup sehat sejak usia dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako bekerja sama dengan Dinas Pangan Provinsi Sulawesi Tengah tengah melaksanakan sebuah riset kolaboratif bertajuk “Edukasi dan Literasi Pangan dalam Mendorong Gaya Hidup Sehat Siswa Sekolah Dasar di Komunitas Adat Terpencil (KAT) Sulawesi Tengah.”

Kerja sama ini sebelumnya telah resmi dimulai melalui penandatanganan nota kesepahaman antara Dekan FKIP Untad, Dr. Jamaludin, M.Hum dan Kepala Dinas Pangan Sulteng, Iskandar Nongtji, ST., MM, yang menjadi dasar pelaksanaan penelitian ini.

Fokus utama penelitian adalah merancang dan mengimplementasikan model edukasi pangan yang dapat membentuk kebiasaan makan sehat bagi anak-anak sekolah dasar, khususnya di wilayah terpencil seperti Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Kabupaten Sigi. Langkah ini menjadi krusial mengingat data BPS Sulawesi Tengah tahun 2023 menunjukkan bahwa sekitar 20% anak-anak di daerah terpencil masih mengalami gizi kurang, yang diperburuk oleh rendahnya literasi pangan masyarakat.

Dr. Minarni Nontji, S.Pd., M.Si, salah satu peneliti utama, menekankan bahwa pangan merupakan elemen dasar dalam kehidupan. “Pengetahuan tentang makanan sehat sangat memengaruhi perkembangan fisik, kognitif, hingga sosial anak. Karena itu, literasi pangan harus menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan,” ujarnya dalam seminar proposal yang digelar pada Kamis, 26 Juni 2025, di FKIP Untad.

Ia juga menyoroti peran vital para guru sebagai agen perubahan dalam membiasakan pola makan sehat di lingkungan sekolah. Menurutnya, guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga berperan sebagai teladan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Literasi pangan, katanya, bisa diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran seperti IPA, IPS, maupun Pendidikan Jasmani.

Meski demikian, sejumlah tantangan masih dihadapi para pendidik, seperti kurangnya pelatihan terkait edukasi pangan, keterbatasan waktu dalam kurikulum, dan belum optimalnya dukungan dari institusi pendidikan. Oleh karena itu, tim peneliti menawarkan beberapa solusi, antara lain: pelatihan intensif bagi guru, pengintegrasian materi gizi ke dalam kurikulum lintas mata pelajaran, serta dorongan kebijakan sekolah yang berpihak pada pola makan sehat.

Lebih lanjut, keberhasilan program ini juga sangat ditentukan oleh peran aktif keluarga dan masyarakat adat. Anak-anak cenderung meniru pola makan yang diterapkan di rumah. Untuk itu, keterlibatan orang tua dalam menyediakan makanan bergizi serta menjadi contoh pola konsumsi yang sehat sangat diperlukan. Sementara itu, tokoh adat dan tetua masyarakat juga dapat memberikan kontribusi penting melalui pengenalan nilai-nilai lokal dan pemanfaatan pangan tradisional yang bernutrisi tinggi.

“Edukasi pangan tidak cukup hanya sampai di tataran informasi. Yang paling penting adalah bagaimana nilai-nilai itu bisa dihidupkan dan dijalankan dalam konteks budaya lokal masyarakat adat,” tegas Minarni.

Dengan pendekatan holistik yang menyentuh aspek sekolah, keluarga, dan komunitas, program ini diharapkan dapat menjadi model literasi pangan yang berkelanjutan dan bisa direplikasi di berbagai wilayah terpencil dengan karakteristik sosial-budaya yang serupa.

Tim peneliti terdiri dari akademisi lintas disiplin yang memiliki keahlian di bidang masing-masing, yaitu:

  • Dr. Minarni Nontji, S.Pd., M.Si

  • Dr. Lukman, M.Hum (Kepala LPPM Untad)

  • Dr. Sahrul Saehana, M.Si (Wakil Dekan Bidang Akademik FKIP)

  • Dr. Darsikin, M.Si (Wakil Dekan Bidang Keuangan FKIP)

  • Dr. Kasmudin Mustapa, S.Pd., M.Pd

  • Dr. Idrus, S.Pd., SH, M.Si

  • Dr. Hakim Laenggeng, M.Kes

  • Muhammad Zaky, S.Pd., M.Pd

  • Dr. Adrianton MP (Dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian)

Sebagai bagian dari pelaksanaan lapangan, sosialisasi penelitian telah dilakukan di beberapa sekolah dasar di wilayah Marawola Barat, Kabupaten Sigi, mulai 23 hingga 25 Juni 2025. Sekolah-sekolah tersebut antara lain: SD Negeri Balane, SD Negeri Taipanggabe, dan SD Inpres Matantimali.

Melalui riset ini, diharapkan terbangun sinergi kuat antara sektor pendidikan dan ketahanan pangan, demi menciptakan generasi muda yang tidak hanya sehat secara fisik tetapi juga cerdas dan tangguh, khususnya di wilayah-wilayah yang selama ini mengalami keterbatasan akses terhadap informasi dan layanan dasar.

Scroll to Top